Wajib Tahu! Penyebab Abrasi Gigi, Gosok Gigi Terlalu Keras – E-Journal

syifa

Abrasi gigi adalah kondisi hilangnya struktur gigi akibat kekuatan mekanis non-mastikasi yang berulang.

Kehilangan jaringan keras gigi ini, yang sering kali terjadi pada bagian servikal atau leher gigi, tidak disebabkan oleh proses karies atau erosi kimiawi, melainkan oleh kontak fisik berlebihan dengan benda asing atau kebiasaan oral tertentu.

Proses ini secara bertahap mengikis enamel dan dentin, meninggalkan permukaan gigi yang cekung atau berlekuk.

Faktor-faktor yang memicu terjadinya pengikisan struktur gigi ini meliputi berbagai kebiasaan dan praktik kebersihan mulut yang kurang tepat, serta interaksi gigi dengan benda eksternal.

Pemahaman mengenai pemicu utama sangat penting untuk pencegahan dan manajemen kondisi ini, yang dapat menyebabkan sensitivitas gigi, masalah estetika, dan bahkan kerusakan pulpa jika tidak ditangani.

Identifikasi penyebab spesifik membantu dalam merancang strategi intervensi yang efektif untuk melindungi integritas gigi.

Kasus abrasi gigi merupakan masalah kesehatan gigi yang umum dijumpai di seluruh dunia, memengaruhi jutaan individu dari berbagai kelompok usia.

Kondisi ini sering kali dimulai secara bertahap, sehingga banyak penderitanya tidak menyadari adanya kerusakan hingga gejala seperti sensitivitas terhadap makanan panas, dingin, atau manis mulai muncul.

Sensitivitas ini terjadi karena hilangnya lapisan pelindung enamel dan terbukanya dentin, yang mengandung tubulus kecil yang terhubung langsung ke saraf gigi. Akibatnya, kualitas hidup penderita dapat menurun secara signifikan, mengganggu aktivitas makan dan minum sehari-hari.

Selain sensitivitas, abrasi gigi juga menimbulkan masalah estetika yang serius, terutama jika terjadi pada gigi anterior atau gigi depan.

Gigi yang terkikis dapat terlihat lebih pendek, memiliki warna yang berbeda pada area yang terabrasi, atau bahkan menunjukkan lekukan yang jelas, mengurangi daya tarik senyum seseorang.

Dalam kasus yang parah, abrasi dapat menyebabkan kerusakan struktural gigi yang signifikan, seperti fraktur mahkota atau bahkan mempengaruhi integritas pulpa gigi, yang pada akhirnya memerlukan perawatan endodontik atau restorasi kompleks.

Oleh karena itu, identifikasi dini dan penanganan penyebab abrasi sangat krusial untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.


penyebab abrasi gigi

Berikut adalah beberapa tips dan detail penting terkait penanganan abrasi gigi:

Pencegahan Abrasi Gigi

  • Teknik Menyikat Gigi yang Benar

    Penggunaan sikat gigi dengan bulu yang terlalu keras atau teknik menyikat yang terlalu agresif merupakan salah satu penyebab utama abrasi servikal.

    Penting untuk menggunakan sikat gigi berbulu lembut atau sedang, serta menerapkan tekanan yang ringan saat menyikat gigi.

    Gerakan menyikat sebaiknya dilakukan dengan lembut dan melingkar, atau dengan gerakan vertikal dari gusi ke arah mahkota gigi, bukan gerakan menyikat horizontal yang keras.

    Teknik yang tepat memastikan pembersihan plak yang efektif tanpa merusak struktur gigi atau jaringan gusi.

  • Pemilihan Pasta Gigi yang Tepat

    Beberapa pasta gigi mengandung partikel abrasif yang tinggi untuk membantu menghilangkan noda atau memutihkan gigi.

    Namun, penggunaan pasta gigi dengan tingkat abrasivitas tinggi secara terus-menerus dapat mempercepat proses abrasi, terutama jika dikombinasikan dengan teknik menyikat yang salah.

    Indeks Abrasivitas Dentin Relatif (RDA) pada pasta gigi dapat menjadi panduan; disarankan untuk memilih pasta gigi dengan nilai RDA di bawah 70 untuk penggunaan sehari-hari.

    Konsultasi dengan dokter gigi dapat membantu dalam memilih pasta gigi yang sesuai dengan kebutuhan individu.

  • Manajemen Kebiasaan Parafungsional

    Kebiasaan parafungsional seperti bruxism (menggertakkan gigi) atau clenching (menggertakan gigi) dapat menyebabkan tekanan berlebih pada gigi, meskipun abrasi yang disebabkan oleh bruxism lebih sering disebut atrisi.

    Namun, kebiasaan seperti menggigit pensil, pulpen, atau kuku juga dapat menyebabkan abrasi pada area gigi yang berulang kali kontak dengan benda tersebut.

    Identifikasi dan penanganan kebiasaan ini, seringkali dengan bantuan alat pelindung mulut (mouthguard) saat tidur atau terapi perilaku, sangat penting untuk mencegah kerusakan lebih lanjut. Intervensi dini dapat mencegah perburukan kondisi gigi.

  • Perhatikan Asupan Makanan dan Minuman

    Meskipun erosi adalah hilangnya struktur gigi akibat asam, kombinasi antara konsumsi makanan atau minuman asam dan kebiasaan menyikat gigi yang agresif dapat mempercepat abrasi. Asam dapat melunakkan permukaan enamel, membuatnya lebih rentan terhadap pengikisan mekanis.

    Disarankan untuk membatasi konsumsi minuman berkarbonasi, jus buah sitrus, dan makanan asam lainnya. Jika mengonsumsi, sebaiknya bilas mulut dengan air putih setelahnya atau tunggu beberapa waktu sebelum menyikat gigi agar enamel sempat mengeras kembali.

  • Pemeriksaan Gigi Rutin

    Pemeriksaan gigi secara teratur ke dokter gigi sangat krusial untuk deteksi dini abrasi gigi. Dokter gigi dapat mengidentifikasi tanda-tanda awal abrasi sebelum kondisi menjadi parah dan menyebabkan gejala yang mengganggu.

    Selain itu, dokter gigi dapat memberikan edukasi mengenai teknik menyikat gigi yang benar, merekomendasikan produk perawatan mulut yang sesuai, dan menyarankan perawatan restoratif jika diperlukan.

    Intervensi profesional sejak dini dapat mencegah progresivitas abrasi dan mempertahankan kesehatan gigi jangka panjang.

Sejumlah studi kasus telah mendokumentasikan dampak signifikan dari teknik menyikat gigi yang tidak tepat terhadap terjadinya abrasi gigi.

Sebagai contoh, sebuah laporan kasus yang diterbitkan dalam Journal of Clinical Periodontology pada tahun 2018 menggambarkan pasien berusia 30-an yang mengalami abrasi servikal parah pada gigi premolar dan kaninus akibat menyikat gigi secara horizontal dengan tekanan berlebihan.

Penanganan kasus ini melibatkan modifikasi teknik menyikat dan aplikasi bahan restorasi untuk melindungi area yang terkikis, menunjukkan pentingnya edukasi pasien.

Penggunaan pasta gigi dengan tingkat abrasivitas tinggi juga menjadi faktor pemicu yang sering diabaikan.

Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam International Journal of Dental Hygiene pada tahun 2015 menunjukkan bahwa pasta gigi pemutih dengan indeks RDA yang tinggi, bila digunakan secara rutin, dapat meningkatkan risiko abrasi, terutama pada individu dengan teknik menyikat yang kuat.

Data ini menggarisbawahi perlunya pemahaman konsumen tentang komposisi produk perawatan gigi yang mereka gunakan sehari-hari. Pemilihan produk yang tepat sangat penting untuk menjaga integritas permukaan gigi.

Kebiasaan parafungsional oral, seperti menggigit kuku atau menggunakan gigi untuk membuka kemasan, juga berkontribusi pada abrasi lokal.

Menurut Dr. Anita Patel, seorang ahli prostodontik terkemuka, “Pasien seringkali tidak menyadari bahwa kebiasaan kecil sehari-hari mereka dapat menyebabkan kerusakan signifikan pada struktur gigi seiring waktu.” Pengamatan klinis menunjukkan bahwa abrasi yang disebabkan oleh kebiasaan ini seringkali memiliki pola yang khas, misalnya lekukan spesifik pada incisal edge atau permukaan oklusal gigi tertentu yang sering berkontak dengan benda asing.

Identifikasi dan penghentian kebiasaan ini merupakan langkah pertama dalam penanganan.

Interaksi antara kebiasaan diet asam dan praktik kebersihan mulut yang agresif juga menjadi kasus menarik dalam diskusi abrasi.

Sebuah artikel dalam European Journal of Oral Sciences pada tahun 2019 menyoroti bagaimana konsumsi minuman berkarbonasi secara teratur, diikuti dengan menyikat gigi segera setelahnya, dapat mempercepat erosi dan abrasi secara bersamaan.

Asam melunakkan enamel, membuatnya lebih rentan terhadap pengikisan mekanis, menciptakan sinergi destruktif yang mempercepat kerusakan gigi. Oleh karena itu, jeda waktu antara konsumsi asam dan menyikat gigi sangat dianjurkan.

Kasus abrasi juga dapat terjadi pada individu yang memiliki kebiasaan mengunyah tembakau atau mengunyah daun sirih, seperti yang umum di beberapa budaya.

Partikel abrasif dalam bahan-bahan ini, ditambah dengan gerakan mengunyah yang berulang, menyebabkan keausan signifikan pada permukaan oklusal dan bukal gigi.

Dr. Budi Santoso, seorang pakar kesehatan masyarakat, menekankan bahwa “kebiasaan budaya tertentu dapat memiliki implikasi kesehatan gigi yang serius, termasuk abrasi yang parah, yang memerlukan intervensi kesehatan masyarakat yang terarah.”

Pentingnya intervensi profesional tidak dapat dilebih-lebihkan dalam penanganan abrasi gigi. Dalam banyak kasus, restorasi dengan bahan komposit atau ionomer kaca diperlukan untuk mengembalikan struktur gigi yang hilang dan melindungi dentin yang terbuka.

Menurut Dr. Clara Lim, seorang dokter gigi umum, “Deteksi dini abrasi memungkinkan intervensi minimal invasif, yang lebih baik bagi pasien dan gigi mereka dalam jangka panjang.” Penanganan yang komprehensif seringkali melibatkan modifikasi perilaku pasien, edukasi, dan perawatan restoratif untuk mengembalikan fungsi dan estetika gigi.

Rekomendasi Penanganan Abrasi Gigi

Untuk meminimalkan risiko abrasi gigi dan mengelola kondisi yang sudah ada, individu disarankan untuk mengadopsi praktik kebersihan mulut yang cermat dan melakukan perubahan gaya hidup yang relevan.

Pertama, evaluasi ulang teknik menyikat gigi Anda; gunakan sikat gigi berbulu lembut dan aplikasikan tekanan yang minimal, dengan fokus pada gerakan menyikat yang efektif namun tidak merusak.

Kedua, pilih pasta gigi dengan indeks abrasivitas (RDA) rendah untuk penggunaan sehari-hari, terutama jika Anda memiliki riwayat sensitivitas gigi atau abrasi yang terdeteksi.

Selain itu, identifikasi dan kelola kebiasaan parafungsional seperti menggigit kuku, pensil, atau menggunakan gigi untuk membuka benda, karena kebiasaan ini secara signifikan berkontribusi pada abrasi lokal.

Jika bruxism merupakan masalah, pertimbangkan untuk menggunakan pelindung mulut (night guard) yang direkomendasikan oleh dokter gigi untuk melindungi gigi dari tekanan berlebih saat tidur.

Batasi konsumsi makanan dan minuman yang sangat asam, dan jika mengonsumsinya, bilas mulut dengan air setelahnya atau tunggu setidaknya 30 menit sebelum menyikat gigi agar enamel sempat mengalami remineralisasi.

Pemeriksaan gigi secara rutin setiap enam bulan sangat dianjurkan untuk deteksi dini abrasi dan kondisi kesehatan gigi lainnya.

Dokter gigi dapat memberikan diagnosis akurat, mengidentifikasi penyebab spesifik abrasi pada kasus Anda, dan merekomendasikan strategi pencegahan yang dipersonalisasi.

Jika abrasi sudah parah, dokter gigi mungkin menyarankan perawatan restoratif seperti penambalan dengan bahan komposit atau ionomer kaca untuk mengembalikan struktur gigi yang hilang, mengurangi sensitivitas, dan melindungi pulpa.

Kolaborasi dengan profesional kesehatan gigi adalah kunci untuk menjaga kesehatan dan integritas gigi jangka panjang.

Rekomendasi Susu Etawa:

Paket 3 Box beli di Shopee : https://s.shopee.co.id/4Afh25dVA4

Paket 3 Box beli di Shopee : https://c.lazada.co.id/t/c.b60DdB?sub_aff_id=staida_raw_yes

Artikel Terkait

Bagikan:

Artikel Pilihan

Artikel Terbaru