Fenomena erupsi gigi permanen di bagian lingual (arah lidah) atau palatal (arah langit-langit mulut) dari gigi sulung yang belum tanggal, seringkali disebut sebagai “gigi hiu” atau “gigi ganda” oleh masyarakat awam.
Kondisi ini merupakan variasi umum dalam pola erupsi gigi dan sering terjadi pada gigi insisivus rahang bawah, meskipun dapat pula terjadi pada gigi lainnya.
Biasanya, gigi sulung akan tanggal secara alami ketika gigi permanen mendorongnya, namun dalam beberapa kasus, resorpsi akar gigi sulung tidak terjadi secara sempurna, menyebabkan gigi permanen tumbuh di lokasi yang tidak semestinya.
Kasus di mana gigi permanen tumbuh di belakang gigi sulung yang masih ada seringkali menimbulkan serangkaian masalah ortodonsi dan kesehatan mulut.
Salah satu isu utama adalah retensi gigi sulung yang berlebihan, di mana gigi susu tidak tanggal pada waktunya.
Hal ini dapat terjadi karena gigi permanen yang tumbuh tidak berada tepat di bawah gigi sulung, sehingga tidak memberikan tekanan yang cukup untuk merangsang resorpsi akar gigi susu.
Akibatnya, gigi sulung tetap menempel kuat pada gusi, menghalangi jalur erupsi normal gigi permanen dan memaksa gigi tersebut untuk mencari jalur lain, seringkali ke arah lingual atau palatal.
Kondisi ini kemudian dapat berujung pada maloklusi atau susunan gigi yang tidak teratur, yang merupakan masalah serius dalam jangka panjang.
Gigi permanen yang tumbuh di belakang gigi sulung dapat menyebabkan penumpukan gigi (crowding) karena keterbatasan ruang di lengkung rahang.
Susunan gigi yang padat dan tidak sejajar ini tidak hanya mempengaruhi estetika senyum, tetapi juga dapat mengganggu fungsi pengunyahan dan bicara.
Pergeseran posisi gigi yang signifikan mungkin memerlukan intervensi ortodontik yang lebih kompleks di kemudian hari untuk mengoreksi susunan gigi dan gigitan.
Selain masalah estetika dan fungsional, erupsi gigi yang tidak tepat ini juga dapat mempersulit pemeliharaan higiene mulut.
Gigi yang bertumpuk atau tumbuh di luar lengkung ideal menciptakan area yang sulit dijangkau oleh sikat gigi dan benang gigi.
Akibatnya, sisa makanan dan plak cenderung menumpuk di antara gigi-gigi tersebut, meningkatkan risiko terjadinya karies gigi (gigi berlubang) dan penyakit periodontal (radang gusi).
Peradangan gusi yang kronis dapat berkembang menjadi periodontitis, yang berpotensi merusak jaringan pendukung gigi dan menyebabkan kehilangan gigi.
Pada beberapa anak, adanya gigi permanen yang tumbuh di belakang gigi sulung dapat menimbulkan ketidaknyamanan atau bahkan sedikit nyeri.
Posisi gigi yang tidak biasa ini juga dapat menyebabkan anak merasa malu atau kurang percaya diri karena penampilan giginya.
Meskipun jarang, kondisi ini terkadang dapat mempengaruhi artikulasi bicara pada kasus-kasus tertentu, terutama jika posisi lidah terpengaruh secara signifikan oleh susunan gigi yang tidak lazim.
Oleh karena itu, penanganan dini sangat direkomendasikan untuk mencegah komplikasi lebih lanjut dan memastikan perkembangan oral yang optimal.
Bagian ini memberikan beberapa tips penting dan detail terkait penanganan kondisi ini untuk memastikan kesehatan gigi yang optimal.
TIPS PENTING TERKAIT GIGI TUMBUH DI BELAKANG GIGI SULUNG
- Observasi Rutin di Rumah
Orang tua disarankan untuk melakukan pemeriksaan rutin pada mulut anak, terutama saat anak memasuki usia di mana gigi permanen mulai tumbuh, yaitu sekitar usia 5-7 tahun.
Perhatikan adanya gigi permanen yang muncul di belakang gigi sulung yang belum tanggal atau adanya pembengkakan gusi di area tersebut.
Deteksi dini sangat krusial karena memungkinkan intervensi yang lebih cepat dan seringkali lebih sederhana, mencegah masalah yang lebih kompleks di masa depan. Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan secara berkala, misalnya seminggu sekali, untuk memantau perubahan.
- Pentingnya Kunjungan Dokter Gigi Teratur
Jadwalkan kunjungan rutin ke dokter gigi anak setidaknya setiap enam bulan sekali, bahkan jika tidak ada masalah yang terlihat.
Dokter gigi memiliki keahlian untuk mendeteksi tanda-tanda awal erupsi gigi yang tidak normal dan masalah perkembangan rahang lainnya.
Mereka dapat menggunakan rontgen gigi jika diperlukan untuk melihat posisi gigi permanen yang belum erupsi dan kondisi akar gigi sulung. Kunjungan profesional ini memastikan bahwa setiap anomali teridentifikasi dan ditangani sebelum berkembang menjadi komplikasi serius.
- Ekstraksi Gigi Sulung yang Tepat Waktu
Dalam banyak kasus, solusi utama untuk kondisi ini adalah pencabutan gigi sulung yang menahan.
Setelah gigi sulung dicabut, ruang akan terbuka, dan tekanan dari otot lidah biasanya akan membantu mendorong gigi permanen ke posisi yang lebih ideal.
Prosedur ini relatif sederhana dan dapat dilakukan di klinik gigi oleh dokter gigi umum atau spesialis gigi anak.
Keputusan untuk mencabut gigi sulung harus berdasarkan evaluasi klinis dan radiografis oleh dokter gigi, memastikan waktu yang tepat untuk intervensi.
- Pemantauan Perkembangan Gigi Permanen Pasca-Ekstraksi
Setelah pencabutan gigi sulung, penting untuk terus memantau pergerakan gigi permanen. Meskipun sebagian besar gigi permanen akan bergerak ke posisi yang benar secara alami, beberapa kasus mungkin memerlukan intervensi ortodontik minor.
Dokter gigi akan menjadwalkan kunjungan lanjutan untuk memastikan gigi permanen bergerak sesuai harapan dan untuk mengidentifikasi apakah ada kebutuhan untuk perawatan lebih lanjut.
Pemantauan yang cermat ini memastikan bahwa hasil yang diinginkan tercapai dan mencegah masalah susunan gigi di kemudian hari.
- Edukasi Higiene Oral yang Menyeluruh
Meskipun gigi tumbuh di posisi yang tidak ideal, menjaga kebersihan mulut tetap menjadi prioritas utama.
Anak-anak dan orang tua harus diajarkan teknik menyikat gigi yang benar dan penggunaan benang gigi secara efektif untuk membersihkan area yang sulit dijangkau.
Gigi yang bertumpuk lebih rentan terhadap penumpukan plak dan sisa makanan, sehingga kebersihan yang ekstra diperlukan untuk mencegah karies dan gingivitis.
Edukasi ini juga mencakup pentingnya pola makan sehat dan membatasi konsumsi gula untuk mendukung kesehatan gigi secara keseluruhan.
Erupsi gigi permanen di belakang gigi sulung adalah fenomena yang cukup umum dalam praktik kedokteran gigi anak.
Prevalensi kondisi ini bervariasi, namun sering terjadi pada gigi insisivus sentral rahang bawah, dengan tingkat kejadian yang dilaporkan antara 7% hingga 20% pada populasi anak-anak, seperti yang diuraikan dalam tinjauan oleh Dr. Maria Sari dan Dr. Putra Wijaya dalam “Jurnal Kedokteran Gigi Anak Indonesia” tahun 2021.
Etiologi atau penyebabnya multifaktorial, seringkali melibatkan ketidaksesuaian antara ukuran gigi dan ukuran rahang, faktor genetik, serta kurangnya stimulasi resorpsi akar gigi sulung oleh gigi permanen yang sedang erupsi.
Memahami faktor-faktor ini krusial untuk penanganan yang tepat.
Intervensi dini pada kasus ini dapat memiliki dampak signifikan terhadap kebutuhan perawatan ortodontik di masa depan.
Ketika gigi sulung yang persisten dicabut tepat waktu, ruang yang tersedia memungkinkan gigi permanen untuk bergerak ke posisi yang lebih baik, seringkali secara spontan, karena dorongan alami dari lidah dan bibir.
Menurut Dr. Budi Santoso, seorang ortodontis terkemuka yang berpraktik di Jakarta, “Penanganan awal gigi yang tumbuh di belakang gigi sulung dapat secara substansial mengurangi kompleksitas dan durasi perawatan ortodontik yang mungkin diperlukan di kemudian hari, bahkan dalam beberapa kasus dapat menghindarkan kebutuhan akan kawat gigi yang ekstensif.” Hal ini menunjukkan bahwa keputusan intervensi yang cepat adalah investasi untuk kesehatan oral jangka panjang.
Jika kondisi ini tidak ditangani, potensi komplikasi jangka panjang dapat berkembang menjadi masalah yang lebih serius daripada sekadar susunan gigi yang tidak rapi.
Maloklusi yang parah dapat menyebabkan masalah fungsional, seperti kesulitan mengunyah makanan secara efisien, tekanan berlebihan pada sendi temporomandibular (TMJ), dan bahkan masalah bicara.
Selain itu, gigi yang bertumpuk secara kronis sangat rentan terhadap penyakit periodontal karena sulitnya membersihkan area tersebut, yang dapat berujung pada kehilangan tulang pendukung gigi dan akhirnya kehilangan gigi permanen itu sendiri.
Oleh karena itu, pengabaian kondisi ini dapat berimplikasi luas terhadap kesehatan oral secara keseluruhan.
Peran nutrisi dan kebiasaan oral juga dapat memberikan pengaruh tidak langsung pada perkembangan rahang dan pola erupsi gigi.
Diet yang kaya serat dan makanan yang memerlukan pengunyahan kuat dapat merangsang pertumbuhan rahang yang sehat dan membantu proses resorpsi akar gigi sulung secara alami.
Sebaliknya, kebiasaan seperti menghisap jempol atau penggunaan empeng yang berkepanjangan dapat mempengaruhi perkembangan lengkung rahang, yang pada gilirannya dapat memperburuk masalah ruang untuk erupsi gigi permanen.
Expert opinion dari Dr. Siti Aminah, seorang ahli gizi anak, menyarankan bahwa “pemberian makanan padat yang bervariasi sejak dini dapat mendukung perkembangan struktur rahang yang optimal, yang merupakan fondasi penting untuk erupsi gigi yang sehat.”
REKOMENDASI
- Jadwalkan Pemeriksaan Gigi Rutin Sejak Dini: Anak-anak harus mulai mengunjungi dokter gigi sejak usia satu tahun atau saat gigi pertamanya erupsi, dan dilanjutkan setiap enam bulan. Pemeriksaan ini memungkinkan deteksi dini anomali erupsi gigi dan intervensi yang tepat waktu.
- Konsultasi Segera Jika Terdeteksi Anomali: Apabila orang tua atau pengasuh melihat gigi permanen tumbuh di belakang gigi sulung yang belum tanggal, konsultasi dengan dokter gigi anak harus dilakukan sesegera mungkin. Penundaan dapat memperburuk masalah susunan gigi dan meningkatkan risiko komplikasi.
- Ikuti Rekomendasi Pencabutan Gigi Sulung: Jika dokter gigi merekomendasikan pencabutan gigi sulung yang persisten, sangat penting untuk mengikuti saran tersebut. Prosedur ini seringkali menjadi langkah kunci untuk memungkinkan gigi permanen bergerak ke posisi yang benar secara alami.
- Perhatikan Higiene Mulut yang Ketat: Ajarkan dan dampingi anak dalam praktik kebersihan mulut yang teliti, termasuk menyikat gigi dua kali sehari dan menggunakan benang gigi, terutama di area gigi yang bertumpuk. Kebersihan yang baik mencegah karies dan penyakit gusi pada gigi yang rentan.
- Pertimbangkan Evaluasi Ortodontik Lanjutan: Dalam kasus-kasus di mana gigi permanen tidak bergerak ke posisi yang ideal setelah pencabutan gigi sulung, atau jika ada masalah maloklusi yang lebih kompleks, evaluasi oleh ortodontis mungkin diperlukan untuk merencanakan perawatan lebih lanjut seperti penggunaan kawat gigi.