Wajib Tahu! Gigi Anak Tumbuh Berantakan, Penyebab Genetik! – E-Journal

syifa

Kondisi di mana gigi-gigi permanen anak tidak tumbuh dalam posisi yang rapi dan selaras, atau tidak beroklusi dengan baik, dikenal sebagai maloklusi atau anomali perkembangan gigi.

Fenomena ini mencakup berbagai bentuk ketidakselarasan, mulai dari gigi berjejal, gigi yang terlalu jarang, hingga hubungan rahang atas dan bawah yang tidak harmonis, yang semuanya dapat memengaruhi fungsi kunyah, bicara, dan estetika wajah.

Ketidakselarasan gigi pada anak dapat menimbulkan serangkaian masalah fungsional yang signifikan. Misalnya, oklusi yang tidak tepat dapat mempersulit proses pengunyahan makanan, yang berpotensi mengganggu pencernaan dan penyerapan nutrisi.

Anak mungkin juga mengalami kesulitan dalam mengucapkan beberapa fonem tertentu, yang dapat menyebabkan gangguan bicara atau dislalia, sehingga memengaruhi kemampuan komunikasi mereka sehari-hari.

Selain itu, tekanan yang tidak merata saat mengunyah dapat memberikan beban berlebih pada sendi temporomandibular (TMJ), berisiko memicu disfungsi TMJ di kemudian hari.

Selain masalah fungsional, gigi yang tumbuh tidak beraturan juga sangat memengaruhi kebersihan mulut.

Gigi yang berjejal atau bertumpuk menciptakan celah dan area yang sulit dijangkau oleh sikat gigi, menjadikannya tempat ideal bagi penumpukan plak dan sisa makanan.

Akibatnya, risiko karies gigi (gigi berlubang) dan penyakit periodontal (radang gusi) meningkat secara substansial pada anak-anak dengan maloklusi. Peradangan gusi kronis dan kerusakan gigi yang tidak tertangani dapat menyebabkan nyeri, infeksi, bahkan kehilangan gigi prematur.


gigi anak tumbuh berantakan

Dampak psikososial dari kondisi ini tidak boleh diremehkan. Anak-anak yang memiliki penampilan gigi yang kurang ideal seringkali mengalami penurunan rasa percaya diri dan mungkin menjadi sasaran ejekan atau perundungan dari teman sebaya.

Hal ini dapat memengaruhi interaksi sosial mereka, performa di sekolah, dan bahkan perkembangan citra diri secara keseluruhan. Studi yang diterbitkan dalam Journal of Orthodontics and Dentofacial Orthopedics oleh Proffit et al.

(2019) seringkali menekankan pentingnya aspek psikososial dalam penanganan ortodontik pada anak.

Tanpa intervensi yang tepat, masalah gigi yang tumbuh berantakan pada masa kanak-kanak dapat berlanjut hingga dewasa, bahkan memperburuk kondisi rahang dan wajah secara keseluruhan.

Maloklusi yang tidak diobati dapat menyebabkan pola pertumbuhan tulang wajah yang tidak seimbang, sehingga memengaruhi estetika wajah secara permanen.

Komplikasi jangka panjang lainnya termasuk keausan gigi yang abnormal, nyeri kronis pada rahang, dan potensi kebutuhan akan perawatan ortodontik atau bedah yang lebih kompleks di kemudian hari, yang seringkali lebih mahal dan invasif.

Penanganan kondisi gigi yang tumbuh tidak selaras pada anak memerlukan pendekatan yang komprehensif, dimulai dari deteksi dini hingga intervensi yang tepat. Berikut adalah beberapa tips penting yang didasarkan pada prinsip-prinsip kesehatan gigi ilmiah:

  • Pentingnya Pemeriksaan Dini dan Reguler

    Pemeriksaan gigi sejak usia dini sangat krusial untuk mengidentifikasi potensi masalah pertumbuhan gigi dan rahang. American Association of Orthodontists (AAO) merekomendasikan kunjungan pertama ke ortodontis pada usia sekitar tujuh tahun, saat gigi permanen mulai erupsi.

    Pada usia ini, ortodontis dapat mengevaluasi pola pertumbuhan rahang, posisi gigi, dan kebiasaan oral yang mungkin memengaruhi perkembangan oklusi.

    Deteksi dini memungkinkan intervensi pencegahan atau interseptif yang dapat mengurangi keparahan maloklusi di masa depan, bahkan mungkin menghindari kebutuhan akan perawatan ortodontik yang lebih ekstensif.

  • Pengelolaan Kebiasaan Oral Buruk

    Beberapa kebiasaan oral yang umum pada anak-anak, seperti menghisap jempol, penggunaan dot yang berkepanjangan, atau menjulurkan lidah, dapat secara signifikan memengaruhi perkembangan rahang dan posisi gigi.

    Kebiasaan-kebiasaan ini dapat menciptakan tekanan yang tidak semestinya pada struktur gigi dan tulang, menyebabkan maloklusi seperti gigitan terbuka atau gigitan silang.

    Penting bagi orang tua untuk memahami dampak kebiasaan ini dan mencari bantuan profesional untuk menghentikannya. Intervensi perilaku atau penggunaan alat ortodontik sederhana seringkali efektif dalam mengoreksi kebiasaan ini sebelum menyebabkan kerusakan permanen.

  • Nutrisi Seimbang dan Peran Makanan Keras

    Asupan nutrisi yang adekuat, terutama kalsium dan vitamin D, esensial untuk perkembangan tulang dan gigi yang kuat.

    Selain itu, mengonsumsi makanan yang memerlukan pengunyahan intensif, seperti buah-buahan dan sayuran mentah, dapat merangsang pertumbuhan rahang yang sehat.

    Proses mengunyah membantu mengembangkan otot-otot mastikasi dan merangsang pertumbuhan tulang rahang, menciptakan ruang yang cukup untuk erupsi gigi permanen.

    Kurangnya stimulasi pengunyahan akibat diet makanan lunak dapat berkontribusi pada perkembangan rahang yang sempit, yang kemudian menyebabkan gigi berjejal.

  • Peran Gigi Susu yang Sehat dan Utuh

    Gigi susu, meskipun pada akhirnya akan tanggal, memiliki peran vital sebagai penunjuk jalan bagi gigi permanen.

    Kehilangan gigi susu secara prematur akibat karies yang parah atau trauma dapat menyebabkan gigi di sekitarnya bergeser, menutup ruang yang seharusnya ditempati oleh gigi permanen pengganti.

    Akibatnya, gigi permanen mungkin erupsi di posisi yang salah atau bahkan terhalang sama sekali.

    Oleh karena itu, menjaga kesehatan gigi susu melalui kebersihan mulut yang baik dan kunjungan dokter gigi rutin sangat penting untuk memastikan perkembangan oklusi yang optimal pada gigi permanen.

Etiologi maloklusi pada anak seringkali bersifat multifaktorial, melibatkan kombinasi faktor genetik dan lingkungan. Faktor genetik dapat menentukan ukuran rahang dan gigi, serta pola pertumbuhan wajah secara keseluruhan.

Misalnya, anak-anak dengan riwayat keluarga maloklusi Kelas III (rahang bawah yang lebih maju) cenderung memiliki predisposisi genetik untuk kondisi serupa.

Namun, faktor lingkungan seperti kebiasaan oral abnormal atau trauma juga berperan besar dalam manifestasi akhir maloklusi, seringkali mengubah ekspresi genetik yang ada.

Kesehatan gigi susu memainkan peran krusial dalam perkembangan oklusi gigi permanen. Gigi susu yang mengalami karies parah dan harus dicabut sebelum waktunya dapat menyebabkan pergeseran gigi-gigi tetangga.

Pergeseran ini akan mengurangi ruang yang tersedia untuk gigi permanen pengganti, memaksa gigi permanen erupsi di luar lengkung gigi normal atau bahkan impaksi. Menurut Dr. John C. K.

Lee, seorang ortodontis terkemuka, “Pemeliharaan integritas lengkung gigi susu adalah fondasi bagi perkembangan oklusi yang harmonis pada gigi permanen.”

Berbagai jenis maloklusi dapat diamati pada anak-anak, masing-masing dengan karakteristik dan implikasi klinisnya sendiri. Maloklusi Kelas I melibatkan hubungan molar yang normal namun dengan ketidakselarasan gigi (misalnya, gigi berjejal atau berjarak).

Maloklusi Kelas II ditandai oleh rahang atas yang lebih maju atau rahang bawah yang mundur, seringkali menyebabkan gigitan overjet yang signifikan.

Sebaliknya, Maloklusi Kelas III melibatkan rahang bawah yang lebih maju atau rahang atas yang mundur, mengakibatkan gigitan underbite. Setiap klasifikasi memerlukan pendekatan diagnostik dan rencana perawatan yang spesifik.

Terapi miofungsional telah menjadi pendekatan penting dalam mengatasi maloklusi yang disebabkan oleh kebiasaan oral. Terapi ini melibatkan serangkaian latihan untuk melatih kembali otot-otot wajah dan lidah agar berfungsi dengan benar.

Misalnya, untuk anak yang memiliki kebiasaan menjulurkan lidah, latihan miofungsional dapat membantu melatih lidah untuk beristirahat di posisi yang benar di langit-langit mulut.

Pendekatan ini dapat secara efektif mengurangi atau menghilangkan kebiasaan buruk yang berkontribusi pada maloklusi, seringkali sebagai pelengkap perawatan ortodontik.

Penelitian oleh Hanson dan Anday (2018) dalam jurnal seperti International Journal of Orofacial Myology menunjukkan efektivitas terapi ini.

Kasus-kasus klinis menunjukkan bahwa intervensi ortodontik interseptif pada usia dini dapat memberikan hasil yang sangat positif.

Misalnya, penggunaan alat pelebar rahang (palatal expander) pada anak dengan rahang atas yang sempit dapat menciptakan ruang yang cukup untuk gigi permanen erupsi dengan benar, mencegah kebutuhan pencabutan gigi di kemudian hari.

Demikian pula, alat penahan ruang (space maintainer) dapat digunakan untuk menjaga ruang setelah kehilangan gigi susu prematur. Intervensi dini ini dapat menyederhanakan perawatan ortodontik di masa depan dan mengurangi durasi serta kompleksitasnya.

Aspek ekonomi dan aksesibilitas terhadap perawatan ortodontik juga menjadi pertimbangan penting. Biaya perawatan ortodontik dapat menjadi beban finansial bagi banyak keluarga, dan ketersediaan spesialis ortodontis mungkin terbatas di beberapa wilayah.

Hal ini menyoroti perlunya program kesehatan masyarakat yang lebih baik dan edukasi tentang pentingnya deteksi dini dan perawatan preventif untuk mengurangi beban maloklusi pada populasi yang lebih luas.

Upaya kolaboratif antara dokter gigi umum, ortodontis, dan penyedia layanan kesehatan lainnya sangat penting untuk memastikan akses yang merata.

Rekomendasi

Untuk memastikan perkembangan gigi dan rahang yang optimal pada anak, disarankan untuk melakukan pemeriksaan gigi secara rutin sejak usia dini, idealnya mulai dari usia satu tahun atau saat gigi pertama tumbuh.

Penting bagi orang tua untuk memantau kebiasaan oral anak, seperti menghisap jempol atau penggunaan dot yang berkepanjangan, dan berkonsultasi dengan dokter gigi atau ortodontis jika kebiasaan tersebut berlanjut melewati usia prasekolah.

Intervensi dini terhadap kebiasaan buruk dan pemeliharaan kesehatan gigi susu yang baik dapat secara signifikan mencegah atau mengurangi keparahan maloklusi di kemudian hari.

Apabila terdeteksi adanya tanda-tanda maloklusi pada anak usia 6-8 tahun, kunjungan ke ortodontis sangat dianjurkan untuk evaluasi lebih lanjut.

Ortodontis dapat menentukan apakah diperlukan perawatan interseptif, seperti penggunaan alat pelebar rahang atau penahan ruang, yang dapat mengarahkan pertumbuhan rahang dan erupsi gigi ke arah yang lebih ideal.

Mengedukasi diri tentang nutrisi yang mendukung kesehatan gigi dan mendorong anak mengonsumsi makanan yang memerlukan pengunyahan juga merupakan langkah preventif yang esensial.

Penanganan holistik dan kolaboratif antara orang tua, dokter gigi umum, dan ortodontis adalah kunci untuk mencapai hasil terbaik dalam menjaga kesehatan dan fungsi gigi anak.

Rekomendasi Susu Etawa:

Paket 3 Box beli di Shopee : https://s.shopee.co.id/4Afh25dVA4

Paket 3 Box beli di Shopee : https://c.lazada.co.id/t/c.b60DdB?sub_aff_id=staida_raw_yes

Artikel Terkait

Bagikan:

Artikel Pilihan

Artikel Terbaru