Fasilitas kesehatan primer yang menyediakan layanan kedokteran gigi merujuk pada unit layanan yang berlokasi di pusat kesehatan masyarakat dan dapat dijangkau dengan mudah oleh populasi sekitar.
Keberadaan unit ini sangat krusial dalam upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif terkait kesehatan gigi dan mulut di tingkat komunitas.
Aksesibilitas terhadap layanan kesehatan gigi primer masih menjadi tantangan signifikan di berbagai wilayah, meskipun prinsip “terdekat” mengindikasikan kemudahan jangkauan.
Banyak masyarakat, terutama di daerah pedesaan atau pinggiran kota, mungkin menghadapi kendala transportasi atau biaya tidak langsung yang membuat kunjungan ke fasilitas ini tetap sulit.
Selain itu, keterbatasan jam operasional atau hari layanan yang tidak fleksibel seringkali menghambat individu dengan jadwal kerja padat untuk memanfaatkan layanan yang tersedia, padahal kebutuhan akan perawatan gigi bersifat berkelanjutan.
Kapasitas dan ketersediaan sumber daya di fasilitas kesehatan gigi primer seringkali belum optimal untuk melayani seluruh kebutuhan masyarakat.
Kekurangan tenaga dokter gigi, perawat gigi, serta peralatan medis yang memadai menjadi isu berulang yang memengaruhi kualitas dan cakupan layanan.
Hal ini dapat mengakibatkan antrean panjang, waktu tunggu yang lama, atau bahkan penolakan pasien karena kapasitas yang penuh, sehingga mengurangi efektivitas program kesehatan gigi masyarakat secara keseluruhan.
Persepsi masyarakat terhadap kualitas layanan di fasilitas kesehatan gigi primer juga dapat memengaruhi tingkat pemanfaatan.
Beberapa individu mungkin cenderung memilih praktik swasta karena anggapan akan peralatan yang lebih modern, layanan yang lebih cepat, atau privasi yang lebih tinggi, meskipun biaya yang dikeluarkan jauh lebih besar.
Edukasi mengenai standar layanan yang setara dan kompetensi tenaga medis di fasilitas kesehatan masyarakat perlu ditingkatkan untuk mengubah persepsi ini dan mendorong pemanfaatan layanan publik secara lebih luas.
Berikut adalah beberapa tips dan detail penting terkait pemanfaatan layanan kesehatan gigi primer:
TIPS
- Mencari Informasi Akurat
Disarankan untuk secara proaktif mencari informasi mengenai lokasi, jam operasional, dan jenis layanan gigi yang tersedia di fasilitas kesehatan terdekat.
Informasi ini dapat diperoleh melalui situs web resmi dinas kesehatan setempat, aplikasi kesehatan digital, atau langsung menghubungi pusat informasi kesehatan masyarakat.
Memastikan informasi terkini akan membantu perencanaan kunjungan yang lebih efisien dan menghindari kekecewaan akibat perubahan jadwal atau layanan.
- Memahami Layanan yang Tersedia
Fasilitas kesehatan gigi primer umumnya menyediakan berbagai layanan dasar seperti pemeriksaan rutin, pencabutan gigi, penambalan, pembersihan karang gigi (skeling), dan edukasi kesehatan gigi.
Penting bagi masyarakat untuk memahami cakupan layanan ini agar dapat menentukan apakah kebutuhan perawatan gigi mereka dapat terpenuhi di fasilitas tersebut.
Apabila diperlukan perawatan lanjutan yang lebih kompleks, fasilitas kesehatan primer biasanya akan memberikan rujukan ke rumah sakit atau spesialis yang sesuai.
- Pentingnya Kunjungan Rutin
Kunjungan rutin ke fasilitas kesehatan gigi, setidaknya setiap enam bulan sekali, sangat dianjurkan untuk tujuan pencegahan dan deteksi dini masalah kesehatan gigi dan mulut.
Pemeriksaan berkala memungkinkan dokter gigi mengidentifikasi potensi masalah seperti karies atau penyakit gusi sebelum berkembang menjadi kondisi yang lebih serius dan memerlukan intervensi yang lebih invasif.
Pendekatan preventif ini terbukti lebih efektif dan efisien dalam menjaga kesehatan gigi jangka panjang.
- Persiapan Sebelum Kunjungan
Sebelum mengunjungi fasilitas kesehatan gigi, disarankan untuk mempersiapkan diri dengan membawa kartu identitas, kartu BPJS Kesehatan (jika memiliki), dan rekam medis sebelumnya jika ada.
Menuliskan keluhan atau pertanyaan yang ingin disampaikan kepada dokter gigi juga dapat membantu komunikasi yang lebih efektif selama konsultasi. Memastikan kebersihan mulut sebelum datang juga merupakan etika dasar yang baik dan membantu proses pemeriksaan.
Disparitas akses terhadap layanan kesehatan gigi secara langsung berkorelasi dengan angka prevalensi penyakit gigi dan mulut di berbagai kelompok sosial ekonomi.
Masyarakat dengan pendapatan rendah atau yang tinggal di daerah terpencil cenderung memiliki tingkat karies dan penyakit periodontal yang lebih tinggi karena keterbatasan akses ke fasilitas kesehatan gigi primer.
Menurut penelitian yang diterbitkan di Jurnal Kedokteran Gigi Indonesia pada tahun 2021, program penjangkauan yang proaktif dari fasilitas kesehatan masyarakat dapat secara signifikan mengurangi kesenjangan ini dengan mendekatkan layanan ke komunitas yang paling membutuhkan.
Peran fasilitas kesehatan gigi primer dalam program deteksi dini dan pencegahan sangatlah vital.
Program skrining kesehatan gigi pada anak sekolah, misalnya, memungkinkan identifikasi dini masalah gigi dan mulut serta pemberian edukasi tentang praktik kebersihan yang benar.
Profesor Budi Santoso, seorang ahli kesehatan masyarakat dari Universitas Airlangga, menyatakan bahwa “investasi dalam program pencegahan di tingkat primer akan menghasilkan penghematan biaya perawatan kuratif yang jauh lebih besar di masa depan dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat secara keseluruhan.”
Tantangan dalam peningkatan skala layanan gigi di tingkat perawatan primer mencakup kebutuhan akan peningkatan alokasi anggaran, pengembangan kapasitas sumber daya manusia, dan modernisasi infrastruktur.
Banyak fasilitas kesehatan gigi primer masih beroperasi dengan peralatan yang usang atau jumlah staf yang tidak memadai untuk melayani populasi yang terus bertambah.
Integrasi data kesehatan gigi ke dalam sistem rekam medis elektronik nasional juga menjadi krusial untuk pemantauan tren penyakit dan evaluasi efektivitas intervensi.
Meskipun demikian, terdapat berbagai model keberhasilan dalam peningkatan layanan kesehatan gigi primer di beberapa daerah.
Beberapa fasilitas kesehatan masyarakat telah berhasil menerapkan inovasi seperti klinik gigi bergerak atau program kemitraan dengan fakultas kedokteran gigi untuk meningkatkan jangkauan dan kualitas layanan.
Implementasi program tele-dentistry, seperti yang dibahas dalam studi oleh Dr. Siti Rahayu dari Universitas Indonesia, juga menunjukkan potensi besar dalam memperluas akses konsultasi dan edukasi kesehatan gigi, terutama di daerah yang sulit dijangkau secara fisik.
REKOMENDASI
Untuk memperkuat peran fasilitas kesehatan gigi primer, beberapa rekomendasi berbasis bukti perlu dipertimbangkan.
Pertama, pemerintah harus meningkatkan alokasi anggaran khusus untuk pengadaan peralatan modern dan peningkatan kapasitas sumber daya manusia, termasuk pelatihan berkelanjutan bagi dokter dan perawat gigi.
Kedua, perlu dikembangkan program edukasi kesehatan gigi yang lebih masif dan terintegrasi dengan kurikulum sekolah serta program Posyandu, untuk menanamkan kesadaran pentingnya menjaga kesehatan gigi sejak dini.
Ketiga, implementasi sistem rujukan yang lebih efisien antara fasilitas kesehatan gigi primer dan rumah sakit rujukan harus diperkuat untuk memastikan pasien mendapatkan perawatan yang tepat sesuai tingkat keparahannya.
Keempat, inovasi dalam model layanan, seperti penggunaan tele-dentistry atau klinik bergerak, perlu didukung dan diperluas cakupannya untuk menjangkau populasi yang belum terlayani secara optimal.
Terakhir, penguatan kolaborasi multi-sektoral antara dinas kesehatan, institusi pendidikan, dan organisasi profesi dapat mendorong pengembangan kebijakan yang lebih komprehensif dan berkelanjutan dalam bidang kesehatan gigi masyarakat.